Mengapa umat Islam terjebak dalam
sekat fanatisme? Apa dampak dari sikap terhadap penerapan Islam yang syumul (sempurna)? Lalu, apa peran
berbagai pergerakan dakwah dalam bingkai iqomatud dien?
Inilah berbagai pertanyaan yang
senantiasa memenuhi pikiran kita, disaat banyaknya kelompok Islam.
Masing-masing membawa bendera kebenaran, dengan klaim yang satu sebagai ahlu sunah wal jama’ah, namun dengan anggapan
selainnya salah.
Mizan kebenaran menjadi bias, saat
masing-masing kelompok tidak mampu membedakan masalah yang asal (yang tidak ada perselisihan di kalangan para ulama) dan
masalah yang furu’ (yang memungkinkan
perbedaan pendapat). Mereka juga tidak mampu membedakan, antara ikhtilaf (perbedaan) dan iftiraq (perpecahan).
Hal ini semakin ironis, saat umat
terjebak pada kultus dan figuritas. Akibatnya, benar dan salah diukur
berdasarkan perkataan sang figur, bukan standar baku Al Qur’an dan As Sunah.
Hakekatnya ikhtilaf (perbedaan) adalah sunatullah. Allah membolehkan perbedaan
sepanjang tidak mengarah pada iftiraq
(perpecahan). Namun perbedaan menjadi wilayah perpecahan manakala terjebak
dalam sikap fanatisme.Fanatisme (ashobiyah) menjadi pintu
perpecahan, permusuhan, dan munculnya klaim benar dan salah atas dasar
fanatisme.
Dalam pergerakan Islam, sikap
fanatisme terhadap kelompok menjadikan seseorang terjebak pada pemahaman yang
sempit. Akibatnya, kebenaran hanya datang dari kelompoknya, sementara selainnya
salah bahkan pada tingkatan sesat. Akibatnya, sikapnya pun berbeda layaknya
bersikap terhadap musuh-musuh Allah. Akibat jauhnya, tanpa mampu membedakan
kawan dan lawan. Semuanya sama, selain kelompoknya adalah sesat, tak berhak
mendapatkan perwalian dan bahkan sebagai musuh dalam penegakan panji-panji
sunah. Dalam konteks pergerakan Islam, proses iqomatud dien akan terhenti, jikap sikap fanatisme terkungkung pada
kelompok dan figur. Umat mengalami kemandegan dan bahkan kemunduran fatal yang
berakibat melemahnya umat Islam dan semakin kokohnya orang-orang kafir.
Fanatisme adalah salah satu gerbong
syaitan dalam melumpuhkan Islam. Gerbong-gerbong lain akan mengikuti seiring
dengan berjalannya gerbong fanatisme ini. Akal tak berfungsi. Kebenaran
terjebak dalam klaim kelompok. Masing-masing tercerai berai. Penuh kasak kusuk,
dengan pandangan curiga, pada kondisi puncak mereka bersama-sama merobohkan
bangunan Islam itu sendiri. Naudzubillah
min dzalik. Akankah fanatisme mengalahkan mizan kebenaran Al Qur’an dan As
Sunah?
Sumber : An-Najah No. 02/III/Okotober 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar