Selasa, 30 Agustus 2011

Asal Mula Penyembahan Berhala

Nabi Nuh AS diutus oleh Allah ketika berhala dan thagut disembah oleh manusia. Manusia mulai terjerumus dalam kesesatan dan kekafiran. Nabi Nuh AS adalah Rasul pertama yang diutus kepada penKaum Nabi Nuh adalah Bani Rasib.

Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Nuh ayat 23 : “Dan mereka berkata : Dan jangan sekali-sekali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq, dan nasr.”

Wadd, suwaa’,  yaghuts, ya’uq, dan nasr adalah nama-nama orang shalih dari kalangan kaum Nuh. Dahulunya, mereka adalah orang-orang shalih yang hidup dimasa antara Adam dan Nuh. Mereka mempunyai pengikut yang senantiasa mencontoh mereka. Setelah mereka meninggal, maka para sahabat mereka yang senantiasa mencontoh mereka berkata : “Sekiranya kita membuat patung mereka, niscaya akan membuat hati kita untuk beribadah karena mengingat mereka.” Maka mereka pun membuat patung orang-orang shalih tersebut. Ketika mereka meninggal dan datang generasi selanjutnya, maka iblis mendatangi mereka seraya berkata : “Mereka (generasi sebelumnya) menyembah patung-patung ini dan dengan patung-patung ini pula mereka meminta hujan.” Maka mereka pun menyembah patung-patung tersebut.

Wadd, salah satu berhala yang disembah kaum Nabi Nuh, dulunya adalah orang shalih. Dia adalah anak Nabi Adam yang tertua dan paling berbakti kepada Nabi Adam.   Dia sangat dicintai oleh kaumnya. Ketika ia meninggal, maka orang berdiam diri disekitar kuburannya di daerah Babilonia dan bersedih atas kepergiannya.

Ketika iblis melihat kesedihan mereka, maka ia menyerupai seorang manusia dan berkata : “Saya melihat kalian sangat bersedih atas kepergia orang ini. Maukah aku buatkan sebuah patung yang menyerupainya, kemudian kalian letakkan di tempat perkumpulan kalian agar senantiasa mengingatnya?”

Maka merekapun meletakkan patung di tempat perkumpulan mereka dan mereka senantiasa mengingatnya. Ketika iblis mendapati orang-orang selalu mengingat keberadaan Wadd, maka iblis berkata: “Maukah kalian aku buatkan patung yang menyerupainya yang dapat diletakkan oleh masing-masing dari kalian di rumah kalian agar bisa mengingatnya terus??” Merekapun menjawab: “Ya, kami mau.” Maka iblis membuat patung Wadd di setiap rumah. Orang-orang pun kemudian terus menerus mendatangi dan mengingatnya.

Kemudian anak-anak mereka melihat apa yang orang tuanya lakukan pada patung tersebut sehingga banyak keturunan yang terlahir dan malestarikan tata cara mengingat Wadd. Sampai pada akhirnya, cucu-cucu mereka menyembah selain Allah. Jadi, benda yang pertama kali disembah selain Allah adalah patung Wadd.

Setelah malapetaka dan kerusakan menyebar di muka bumi akibat penyembahan patung-patung, maka Allah taala mengutus seorang hamba dan rasulNya, Nuh alaihissalam untuk menyeru manusia agar menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Nabi Nuh menyeru kaumnya dengan bermacam-macam dakwah baik di waktu siang ataupun malam, terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.

Sumber: Ibnu Katsir

Umar bin Khattab

Di sebuah rumah, di tengah-tengah perkampungan suku Quraisy, lahirlah seorang bayi laki-laki dari seorang ibu yang mulia. Bayi itu bernama Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul ‘Uzza bin Ribah bin ‘Aidy bin La’ab bin Al-Qurasy. Ia lahir pada tahun 583 M, sebelum meletusnya perang Fijr yang terjadi di Mekkah kurang lebih selama 4 tahun.

Ibunya bernama Hantimah binti Hasim bin Al-Mughirah bin Abdillah bin Umar bin Mahzum.

Umar tumbuh dengan baik, layaknya anak-anak suku Quraosy lain. Dia bahkan Nampak lebih menonjol daripada teman-temannya, karena belajar membaca dan menulis, sehingga dalam usianya yang muda, ia telah sangat fasih dan kritis terhadap kebenaran.

Menginjak usia remaja, ia mulai membantu ayahnya mengembala ternak di sekitar Mekah. Orang-orang Quraisy memang biasa mengamanatkan pada anak-anak mereka, untuk mencarikan rumput guna memenuhi kebutuhan makan ternaknya.

Berangsur-angsur, mulai Nampak tanda-tanda kekuatan Umar. Badannya tinggi besar, melabihi teman-temannya. Ia juga seorang yang murah hati dan dihormati kaumnya. Ia pun memiliki kesadaran tinggi. Berkulit putih, pemberani, pekerja keras dan bila berjalan sangat cepat.

Sejak masih muda ia telah mempelajari berbagai macam latihan kecakapan fisik, seperti gulat. Bahkan dalam sebuah riwayat diceritakan, ia pernah membanting seorang pemuda sombong dan membanggakan kekuatannya di pasar Ukadh. Ia sangat mahir menunggang kuda, sampai-sampai terkenal sebagai penunggang kuda yang piawai. Ia juga pandai membuat syair dan mempunyai perasaan yang halus dalam menghayati syairnya. Disamping itu, ia pun pandai manghafal nasab orang-orang Arab, melebihi kemampuan teman-temannya. Yang demikian ini ia pelajari dari ayahnya, sehingga ia menjadi seorang yang benar-benar pandai dalam bidang silsilah orang Arab.

Umar pun dikenal piawai dalam berdiplomasi dengan gaya bahasanya yang sangat baik. Karena itu orang-orang Quraisy sering mengutusnya sebagai mediator perdamaian, jika terjadi perang antara mereka dengan kelompok lain. Mereka merasa rela dengan keputusannya.

Selama hidupnya, ia menikah sembilan kali dan mempunyai dua belas anak; delapan orang laki-laki dan empat orang perempuan.

Berkali-kali ia pergi berdagang ke negeri Syam dan Yaman. Kekerasan dan kekejaman dunia perdagangan tidak menimbulkan kesulitan berarti baginya.

Serangan Raja Abrahah

Tahun 570 M, Abrahah al-Asyram, seorang raja dari Yaman berusaha menghancurkan Ka’bah. Awalnya, Abrahah membangun gereja yang sangat besar di Shan’a, Yaman. Gereja itu memiliki sebuah bangunan  dan pelataran yang sangat tinggi. Saking tingginya bangunan itu, setiap orang yang melihatnya, harus mendongakkan kepala sedemikian rupa sehingga peci yang dikenekannya akan terancam lepas dari kepala. Semua sisi bangunan itu pun dihiasi.

Abrahah bertekad untuk memindahkan haji bangsa Arab ke gereja tersebut sebagaimana mereka selama ini berhaji ke Ka’bah Makkah. Kaum Quraisy benar-benar murka karenanya, sehingga sebagian dari mereka yang mendatangi gereja itu dan memasukinya pada malam hari, mereka kemudian menghancurkan isi didalamnya.  Tentu saja ini membuat Abrahah berang. Abrahah pun bersumpah akan pergi menuju Baitullah di Makkah dan akan menghancurkannya berkeping-keping.

Abrahah pun menyiapkan diri dan pergi dengan membawa pasukan yang cukup banyak dan disertai dengan seekor gajah yang sangat besar, belum ada yang pernah melihat seekor gajah seperti itu. Nama gajah itu adalah Mahmud. Ada juga pendapat yang menyebutkan, bersama Abrahah terdapat delapan gajah. Ada juga yang menyatakan dua belas gajah. Wallahu’alam.

Maka setelah merasa gajahnya telah siap dan pasukannya telah siaga, Abrahah dan pasukannya menuju ke Makkah. Tetapi tiba-tiba, gajah yang begitu dibanggakan oleh Abrahah duduk berderum tak mau bangkit. Pasukan Abrahah memukul-mukul gajah agar berdiri, mereka bahkan memukul kepala gajah itu dengan kapak, tetapi gajah itu enggan berdiri. Kemudian mereka memasukkan tongkat mereka yang berujung lengkung ke belalainya, lalu menariknya supaya ia mau berdiri, tetapi gajah itu tetap menolak. Saat mereka mengarahkannya kembali ke Yaman, maka gajah itu berdiri dan berjalan kembali dengan cepat. Saat mereka mengarahkannya ke Syam, maka ia melakukan hal yang sama. Lalu mereka  mengarahkannya ke timur, maka ia melakukan hal yang sama, yakni berjalan cepat. Kemudian mereka mengarahkannya ke Makkah, maka gajah itu pun kembali duduk menderum.

Lalu, Allah SWT mengirimkan kepada mereka burung dari neraka yaitu burung Ababil. Setiap burung tersebut membawa tiga batu yang sangat panas sekali. Satu batu di paruhnya dan dua batu lainnya di kedua kakinya. Tidak seorangpun dari mereka yang terkena batu tersebut melainkan akan binasa. Enam puluh ribu prajurit tidak kembali ke negerinya, bahkan prajurit yang kembali dalam keadaan terluka akhirnya mati.