Sabtu, 05 November 2011

Abu Lahab dan Istrinya

Abu Lahab adalah salah satu orang musyrik Quraisy yang paling giat memimpin penyerangan-penyerangan terhadap dakwak Rasulullah SAW. Padahal Abu Lahab adalah paman Nabi Muhammad, tetapi sikap jahatnya terhadap dakwah Nabi sudah ditunjukkan kepada beliau sejak hari pertama dakwah.

Setelah Abdullah, putra Rasulullah SAW yang kedua meninggal dunia, Abu Lahab merasa senang sekali. Seketika itu dia menemui rekan-rekannya dan mengatakan kepada mereka bahwa Muhammad sudah terputus dari rahmat Allah.

Abu Lahab pun suka menguntit di belakang Rasulullah SAW pada musim haji untuk mendustakan beliau, dan bahkan melempari beliau dengan batu, hingga sempat membuat kedua tumit beliau berdarah.

Istri Abu Lahab, Ummu Jamil binti Harb, saudari Abu Sufyan, tidak kalah sengitnya dalam memerangi beliau. Dia pernah memasang duri di jalan yang dilalui Nabi dan di depan pintu beliau pada suatu malam. Dia adalah wanita yang sok berkuasa, panjang lidah, banyak bualan dan tipu muslihatnya, suka mengobarkan api fitnah dan menyalakan bara peperangan untuk melawan Nabi. Oleh karena itu Al-Qur’an mensifatinya sebagai pembawa kayu bakar. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Lahab : 


artinya : “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasalah dia. Tidaklah berguna harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk kedalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dari sabut.”

Tatkala dia mendengar adanya ayat-ayat Al-Qur’an yang turun tentang dirinya dan suaminya, maka Ummu Jamil langsung mencari Rasulullah SAW, yang saat itu duduk di masjid di dekat Ka’bah bersama Abu Bakar ash-Shiddiq. Dia membawa segenggam batu. Selagi dia sudah berada di atas kepala keduanya, Allah menutupi pandangannya dari Rasulullah, sehingga tidak bisa melihat kecualiAbu Bakar saja. Maka dia bertanya,”Wahai Abu Bakar! Mana temanmu? Kudengar dia menyindirku. Demi Allah, andaikata aku melihatnya, tentu ku timpukkan batu ini ke mulutnya. Demi Allah aku adalah seorang penyair wanita.”

Kemudian dia berkata melantunkan syair,
“Kami mungkir sekalipun dia membenci.
Terhadap urusannya kami tiada sudi.
Terhadap agamanya kami membenci.”

Setelah itu istri Abu Lahab membalikkan badan dan pulang. Sedangkan Abu Bakar bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau melihatnya dan dia melihat engkau?”
Beliau menjawab, “Dia tidak melihatku, karena Allah telah menutupi pandangannya sehingga tidak bisa memandangku.”


Sumber : Majalah AQ

Minggu, 23 Oktober 2011

Hujan Berkah di Rumah Halimah

Semalaman Halimah dan suaminya tak dapat tidur. Anaknya yang masih bayi terus menerus menangis kelaparan karena air susu Halimah tak lagi keluar. Keledai putih yang dinaikinya untuk pergi ke Mekah pun sudah mulai melemah. Unta yang dibawanya sudah tua dan tak dapat menghasilkan susu barang seteguk pun untuk diminum Halimah dan suaminya.

Halimah berasal dari daerah pedalaman Bani Sa’d. Bersama dengan suami dan beberapa kaum wanita dari Bani Sa’d, Halimah menuju ke Mekah untuk mencari anak yang bisa disusui. Sesuai tradisi yang berjalan di kalangan Bangsa Arab saat itu, orang-orang yang tinggal di daerah maju akan membayar wanita-wanita dari pedalaman untuk merawat dan menyusui anaknya. Anak-anak yang masih bayi itu dibawa ke pedalaman agar terhindar dari penyakit-penyakit yang biasa menjalar di daerah yang sudah maju.

Abdul Muththalib dan Aminah, kakek dan ibunda Nabi Muhammad yang saat itu tinggal di Mekah pun, turut mencari orang untuk menitipkan dan menyusui Nabi yang saat itu masih bayi.

Setelah rombongan Bani Sa’d sampai di Mekah, mereka pun pergi mencari bayi yang bisa disusui. Setiap wanita dari rombongan Bani Sa’d yang ditawari oleh Aminah untuk mengasuh Nabi Muhammad pasti menolaknya karena beliau adalah anak yatim. Tidak mengherankan, sebab mereka mengharapkan imbalan yang cukup memadai dari bapak bayi yang hendak disusui. Mereka menolak Nabi dan berkata, “Dia adalah anak yatim”.

Akhirnnya, semua wanita dari rombongan telah mendapatkan bayi untuk disusui, kecuali Halimah. Rombongan tersebut pun bersiap-siap untuk pulang.

“Demi Allah, aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku tanpa membawa seorang bayi yang kususui. Demi Allah, aku akan benar-benar mendatangi anak yatim itu dan membawanya.” kata Halimah pada suaminya.

“Memang ada baiknya jika engkau melakukan hal itu. Semoga Allah mendatangkan berkah bagi kita pada diri anak itu.” jawab suami Halimah.

Maka Halimah pun menemui ibunda Nabi dan membawa Nabi yang saat itu masih bayi. Sejak saat itulah, keberkahan tak henti-hentinya mendatangi Halimah dan keluarganya. Inilah penuturan Halimah yang berkisah mengenai berkah yang dibawa Nabi saat masa penyusuannya, “Tatkala aku menggendongnya seakan-akan aku tidak merasa repot karena mendapat beban yang lain. Dan tatkala putting susuku kusodorkan padanya, bayi itu bisa menyedot air susu sesukanya dan meminumnya hingga kenyang. Anak kandungku sendiri juga bisa menyedot air susuku sepuasnya hingga kenyang, setelah itu keduanya tertidur pulas. Padahal sebelum itu kami tidak pernah tidur sepicing pun karena mengurus bayi kami. Lalu, suamiku menghampiri untanya yang sudah tua. Ternyata air susunya menjadi penuh, maka kami pun memerahnya. Aku dan suamiku pun bisa meminum air susu unta kami hingga kenyang. Malam itu adalah malam yang terasa paling indah bagi kami. ‘Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh berkah.’ kata suamiku pada esok harinya. ‘Demi Allah, aku pun berharap yang demikian itu.’ kataku.”

Halimah pun bersiap-siap pergi dan menaiki keledainya. Betapa terkejutnya halimah saat menunggangi keledainya, karena keledainya bertambah cepat dan perkasa. Halimah menuturkan, “Rekan-rekanku berkata padaku, ‘Wahai Halimah, celaka engkau! Tunggulah kami! Bukankah ini keledaimu yang pernah engkau bawa bersama kita dulu?’”

“Demi Allah, begitulah. Ini adalah keledaiku yang dulu.” kataku.
“Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa.” kata mereka.

Begitulah Halimah senantiasa mendapatkan tambahan berkah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui Nabi Muhammad SAW. Sampai kemudian Halimah menyapih Nabi yang tumbuh dengan baik dan lebih pesat dari bayi-bayi yang lainnya.

SUMBER : SIRAH NABAWIYAH

Kamis, 20 Oktober 2011

Rasulullah dan Kaum Quraisy #1

Rasulullah SAW pada awalnya hanya berdakwah kepada orang yang paling dekat saja, yaitu anggota keluarga dan sahabat-sahabat karib beliau. Sampai kemudian Allah berfirman kepada beliau, “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr 94).

Maka Rasulullah SAW segera bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai. Ketidakberdayaan berhala-berhala itu beliau gambarkan dengan berbagai contoh perumpamaan, disertai dengan penjelasan-penjelasan bahwa siapa yang menyembah berhala sesungguhnya berada dalam kesesatan yang nyata. Mekah berpijar dengan api kemarahan. Orang-orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang tak terduga ini. Mereka khawatir dakwah Rasulullah akan merusak tradisi warisan mereka.

Orang-orang musyrik Quraisy mengejek, menghina, mengolok-olok, dan menertawakan dakwah Rasulullah. Mereka melemparkan berbagai tuduhan yang lucu dan ejekan sekenanya kepada Nabi. Mereka menyebut beliau sebagai orang gila. Mereka menyebut beliau dengan tukang sihir dan pendusta. Mereka menjelek-jelekkan dan menghadapi beliau dengan pandangan penuh amarah serta perasaan yang meluap-luap penuh emosi.

Mereka pun berusaha melawan Al-Qur’an dengan menceritakan dongeng-dongeng orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu, agar mereka meninggalkan Al-Qur’an. Contohnya an-Nadhr yang pergi ke Hirah dan mempelajari kisah Raja Persi, Rustum, dan Asfandiyar. Jika Rasulullah SAW mengadakan suatu pertemuan untuk mengingatkan kepada Allah dan menyampaikan peringatan tentang siksa-Nya, maka an-Nadhr menguntit dibelakang beliau, lalu berkata, “Demi Allah, penuturan Muhammad tidak sebagus apa yang kututurkan.” Lalu dia berkisah tentang Raja-raja Persi, Rustum, dan Asfandiyar. Setelah itu dia berkata, “Dengan modal apa penuturan Muhammad bisa lebih baik dari penuturanku?”

An-Nadhr bahkan membeli beberapa penyanyi perempuan dari kalangan hamba sahaya. Bila ada seorang laki-laki yang menyatakan tidak ingin mendengar apa yang disampaikan Nabi SAW, maka dia menghadiahkan seorang penyanyi kepadanya. Penyanyi itu siap melayaninya, meyiapkan makan, minum, dan menyanyi untuknnya. Tujuannya? Tentu saja agar orang-orang tidak condong kepada Islam.

Usaha lain dari kaum musyrik Quraisy adalah dengan menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha mempertemukan Islam dan Jahiliyah ditengah jalan. Suatu hari saat Rasulullah sedang tawaf di Ka’bah beliau berpaspasan dengan pera tetua di kampungnya.

Mereka berkata, “Wahai Muhammad, kesinilah! Kami mau menyembah apa yang kamu sembah, dan engkau juga harus meyembah apa yang kami sembah, sehingga kita bisa saling bersekutu dalam masalah ini. Jika apa yang kamu sembah ternyata lebih baik dari apa yang kami sembah, maka kami boleh melepas yang seharusnya menjadi bagian kami, dan jika apa yang kami sembah ternyata lebih baik dari apa yang engkau sembah, maka engkau harus melepas bagianmu.”

Untuk menjawab tawaran mereka, Allah menurunkan surat Al-Kafirun. 


Dalam surat itu Allah berfirman : “Katakanlah : ‘Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan tiada (pula) kamu menyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku bukan penyembah apa yang biasa kamu sembah. Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”


Sumber : Sirah Nabawiyah

Rasulullah dan Kaum Quraisy #2

Semakin lama, permusuhan kaum Quraisy terhadap Rasulullah SAW dan para sahabatnya semakin keras dan gencar. Rasulullah sendiri mengalami berbagai macam penganiayaan.

Suatu hari, Nabi SAW sedang shalat di Ka’bah. Tiba-tiba datang Uqbah bin Abu Mu’ith mencekik leher Nabi sekuat tenaga dengan kainnya. Sampai kemudian Abu Bakar datang dan memegang kedua lengan Uqbah serta menjauhkannya dari Nabi seraya berkata : “Apakah kalian hendak membunuh seorang yang mengucapkan Rabb-ku adalah Allah.”

Pernah pula, suatu waktu, Nabi SAW sedang sujud disekitar beberapa orang Quraisy, tiba-tiba Uqbah bn Abu Mu’ith datang dengan membawa kotoran binatang. Lalu melemparkannya ke atas punggung Nabi. Beliau tidak mengangkat kepalanya sehingga datang Fatimah RA membersihkannya.
Sebagian dari mereka juga pernah menaburkan tanah diatas kepala Rasulullah ketika beliau sedang berjalan disebuah lorong di Mekah. Sehingga beliau kembali ke rumah dengan kepala kotor. Kemudian salah seorang anak perempuan Nabi membersihkannya sambil menangis. Tetapi beliau mengatakan kepadanya : “Wahai anakku, janganlah engkau menangis! Sesungguhnya Allah melindungi bapakmu.”

Abu Jahal pun selalu menghalangi Rasulullah SAW semenjak pertama kali dia melihat beliau shalat di Masjidil Haram. Abu Jahal pernah mendatangi Rasulullah yang sedang shalat. Dia ingin menginjak tengkuk beliau. Namun tiba-tiba beberapa orang muncul dan dia mundur ke belakang beberapa langkah sambil meremas-remas tangannya.

“Ada apa dengan dirimu?” tanya kaum musyrik Quraisy yang sedang berkumpul menyaksikan.

“Antara dia dan diriku seperti ada parit dari api dan orang-orang yang muncul itu merupakan sayapnya.” jawab Abu Jahal.

Lalu Nabi bersabda mengenai hal ini, “Andaikata dia mendekatiku, tentu para malaikat akan menyambarnya sepotong demi sepotong.”

Berbagai gangguan dan siksaan seperti inilah yang harus dihadapi Rasulullah dalam dakwahnya. Tetapi hal itu tidak begitu berarti bagi diri Rasulluah SAW. Karena iman,ketaatan dan cintanya pada Allah dan karena beliau memiliki kepribadian yang tiada duanya, berwibawa serta sabar.


Sumber : Sirah Nabawiyah

Sabtu, 03 September 2011

Perang Yarmuk, Taktik Jitu Khalid bin Walid


Kemenangan pasukan Islam terhadap pasukan Persia di Irak menumbuhkan harapan bagi kaum muslim untuk menang juga dalam peperangan melawan pasukan Romawi. Kerajaan Romawi dan Persia adalah dua kerajaan yang ingin sekali menghancurkan kemajuan Islam dan seringkali membantu pemberontakan-pemberontakan terhadap kekhilafahan Islam. Dua kerajaan ini merasa kekuasaannya terancam dengan berbondong-bondongnya manusia beriman kepada Allah SWT.

Maka pada bulan Shafar 13 H terjadilah perang Yarmuk. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq memberangkatkan sejumlah pasukan menuju Syam. Pasukan Islam berjumlah 45.000 orang dan dipimpin oleh beberapa panglima, yaitu Abu Ubaidah bin Jarrah, Yazid bin Abi Sufyan, Syurahbil bin Hasanah, Amru bin Ash.

Ketika empat pasukan muslimin tersebut bergerak menuju Syam, orang-orang Romawi menjadi gentar dan Allah melemparkan rasa takut kedalam hati mereka. Mereka menulis kepada Heraklius, penguasa Imperium Romawi, untuk memberi kabar tentang gerakan kaum muslimin serta kedatangan empat pasukan besar mereka. Heraklius memerintahkan untuk menyiapkan  pasukan Romawi guna menghadapi masing-masing pasukan muslimin secara terpisah untuk menghalangi mereka bersatu dan bertemu. Dengan demikian, ia berharap bisa melemahkan kekuatan pasukan Islam sebagai langkah pertama untuk menghancurkannya. Para panglima Romawi berkata, “Demi Tuhan, kita akan sibukkan Abu Bakar sehingga ia tidak akan pernah berpikir lagi untuk mengirim kuda-kudanya ke daerah kita.” Mereka pun mengirimkan sebanyak 240.000 pasukan siap perang! Sebanyak 80.000 prajurit dibekali dengan besi dan rantai, 80.000 pasukan penunggang kuda, dan 80.000 pasukan pejalan kaki.

Mendengar kabar banyaknya pasukan Romawi, para komandan mengirim surat kepada Khalifah untuk memberikan kondisi yang mereka hadapi sekaligus meminta pendapatnya. Khalifah membalas dengan menulis, “Berkumpullah dan jadilah satu pasukan lalu hadapilah gempuran kaum musyirikin dengan gempuran yang sama. Sesungguhnya kalian adalah cahaya-cahaya Allah dan Allah pasti akan membantu agama-Nya serta akan membinasakan orang yang kafir kepada-Nya. Kalian tidak akan dikalahkan dengan faktor jumlah, akan tetapi oleh faktor  dosa. Oleh karena itu waspadalah terhadap dosa.”

Kemudian ash-Shiddiq berkata, “Demi Allah, aku akan sibukkan kaum Nasrani dari waswas setan dengan mengutus Khalid bin Walid.” Lalu Khalifah mengutus Khalid ke Irak untuk bergerak menuju Syam dan membantu saudara-saudaranya.

Heraklius mendengar berita bahwa ash-Shiddiq memerintahkan komandan-komandannya untuk bersatu. Ia pun mengirim pesan kepada komandan-komandan Romawi untuk bersatu juga dan memilih tempat yang luas untuk bisa melarikan diri dari seluruh pasukan, tapi disisi lain juga sempit untuk melancarkan serangan.

Khalid bin Walid pun mulai memimpin kaum muslimin dan mengatur  strategi. Khalid membagi pasukan menjadi beberapa divisi. Setiap divisi beranggotakan seribu orang. Jumlah divisi yang berhasil dibentuk sebanyak 36 hingga 40. Khalid lalu membagi mereka menjadi bagian jantung pertahanan dan dua sayap. Sebagai panglima pasukan yang berada di tengah, Khalid menunjuk Abu Ubaidah. Sedang sebagai panglima di sayap kanan, ia menunjuk Yazid bin Abi Sufyan. Dan sebagai panglima di sayap kiri, Amr bin Ash. Tujuan Khalid membentuk banyak divisi ini agar dalam pandangan musuh, pasukan Islam terlihat banyak dan memenuhi medan pertempuran.

Seluruh pasukan muslimin berkumpul setelah komando dipegang oleh Khalid bin Walid RA. Kemudian ia berpidato kepada mereka, “Sesungguhnya ini adalah satu hari diantara hari-hari Allah, tidak sepantasnya ada kesombongan dan kezaliman. Ikhlaskan niat jihad kalian dan tujulah Allah SWT dengan amal kalian!” Setelah itu, sang pahlawan yang tak terkalahkan ini memegang tali kekang kudanya lalu mengangkat panji tinggi-tinggi seraya menyerukan pekikan jihad, ‘Allahu Akbar!’ bertiuplah angin surga.”

Peperangan pun dimulai dan berlangsung dengan sengitnya. Tak ada bandingnya. Pasukan Romawi terjun berduyun-duyun bagaikan gunung. Mereka maju dengan segala keangkuhan dan kepongahannya. Jumlah mereka yang begitu banyak menutupi berbagai sisi medan perang seakan-akan mereka adalah mendung hitam yang mengeluarkan suara keras. Para pendera mereka membaca injil dan member semangat untuk para pasukan.

Tapi ternyata mereka terkejut mengadapi perlawanan dari kaum muslimin yang tidak mereka duga-duga sebelumnya. Pasukan muslimin memperlihatkan potret perjuangan dan pengorbanan yang sangat mencengangkan dari prajurit-prajurit yang berani mengorbankan jiwa mereka dan juga dari kekokohan semangat mereka. Pertempuran Yarmuk telah menjadi arena yang jarang ditemukan bagi para fida’iy (prajurit yang berani mati syahid).

Pasukan berkuda Romawi pun berhasil didesak mundur dan kabur. Pasukan Romawi lari tunggang langgang bagai belalang yang tercerai-berai. Mereka memaksa diri tetap menyerang kaum muslimin, namun dengan keadaan yang terpencar-pencar dan tidak fokus.

Khalid membuktikan kehandalan taktik perangnya. Pasukan tengahnya mendesak jantung pasukan musuh, hingga memisahkan pasukan berkuda mereka dengan pasukan lain. Dengan siasat ini, Khalid berhasil melemahkan sayap kanan dan sayap kiri musuh. Pasukan berkuda kaum Romawi makin terdesak hingga mereka terpaksa melarikan diri, meninggalkan pasukan mereka yang berjalan kaki. Akibat kekalahan pasukan berkudanya, pasukan Romawi yang tak menggunakan kuda pun makin melemah.

Khalid bin Walid terus menyerang hingga musuh menemui kekalahan. Banyak korban berjatuhan dari pihak Romawi. Sebagiannya tenggelam di Sungai Waqushah dan sebagian lagi tenggelam di Sungai Yarmuk. Kebanyakan pasukan yang tenggelam itu adaah mereka yang diikat rantai satu sama lain, yang semula dimaksudkan agar mereka tidak melarikan diri.

Hari itu berlalu dengan kemenangan yang dikaruniakan Allah SWT kepada pasukan Khalid bin Walid. Dari pihak kafir jumlah korban terbunuh sebanyak 120.000 orang. Sedang gugur sebagai syahid dari pihak kaum muslimin kurang lebih 3.000 Mujahid. 

Panglima yang Shalat untuk Pertama dan Terakhir Kalinya


Para panglima Romawi terpukau dengan kepiawain Khalid. Bahkan satu dari mereka yang bernama Jurjah menemui Khalid diwaktu istirahat. Ia berkata kepada Khalid, “Khalid jujurlah padaku, jangan berbohong. Sebab, orang merdeka tidak pernah bohong. Apakah Allah telah menurunkan sebilah pedang kepada nabimu dari langit, lalu pedang itu diberikannya kepadamu, sehingga setiap kau hunuskan terhadap siapapun, pedang tersebut pasti membinasakannya?”

Khalid menjawab, “Tidak.”
“Lalu, mengapa engkau dijuluki ‘Si Pedang Allah’?” tanya Jurjah.
Khalid menjawab, “Sesungguhnya, Allah mengutus Rasul-Nya kepada kami. Di antar kami ada yang percaya dan ada yang mendustakannya. Lalu, Allah menjadikan hati kami menerima Islam, dan memberi petunjuk kepada kami melalui Rasul-Nya. Kami berjanji setia kepadanya. Rasul mendoakanku, dan beliau berkata kepadaku, “Engkau adalah ‘Pedang Allah’ diantara sekian banyak pedang-pedang-Nya. Demikianlah aku diberi julukan ‘Pedag Allah’.”

“Apa yang kalian serukan?” tanya  Jurjah lagi.
Khalid menjawab, “Mengesakan Allah dan kebenaran Islam.”
“Apakah orang-orang yang masuk Islam sekarang akan mendapatkan pahala dan ganjaran seperti kalian?” tanya Jurjah.
“Ya…., bahkan lebih.” jawab Khalid.
“Bagaimana mungkin, padahal kalian lebih dahulu masuk Islam?” tanya Jurjah.
Khalid menjawab, “Kami hidup bersama Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam. Kami melihat tanda-tanda kerasulan dan mukjizatnya. Orang-orang yang melihat tanda-tanda dan mukjizat yang kami lihat dan mendengar ayat-ayat Allah serta sabda Rasul yang kami dengar, sudah sewajarnya masuk Islam dengan mudah. Sedangkan kalia yang tidak pernah melihat dan mendengarnya, lalu kalian beriman kepada perkar-perkara yang gaib, maka pahala kalian lebih besar jika kalian benar-benar ikhlas.”

Panglima Romawi itu memajukan kudanya mendekat ke Khalid bin Walid lalu berkata. “Ajarkan Islam kepadaku, wahai Khalid.”
Panglima Romawi itupun masuk Islam. Ia shalat dua raka’at yang pertama dan terakhir.

Ketika masa istirahat telah habis, dan dua pasukan sudah memulai pertempuran, Jurjahbertempur dipihak kaum Muslimin. Ia bertempur mati-matian karena ingin mati sebagai syahid. Dan, keinginannya terkabul. Ia gugur dalam perang itu sebagai syahid.

Jumat, 02 September 2011

Persekongkolan Ular dengan Iblis

Rasulullah SAW bersabda, “Kami tidak pernah berdamai dengan ular sejak kami bermusuhan dengannya.” Bahkan, Ibnu Abbas, sahabat Rasulullah SAW pernah berkata, “Bunuhlah ular dimanapun kalian mendapatkannya.”

Permusuhan terhadap ular sesungguhnya sudah dimulai sejak masa-masa awal penciptaan manusia, yaitu sejak ular membantu iblis, musuh Allah. Saat itu iblis dikeluarkan dari surga dalam keadaan terhina dan terusir. Allah mengusir Iblis karena dia menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagaimana diperintahkan oleh Allah.

“Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api sedang ia Engkau ciptakan dari tanah.” ucap iblis dengan sombong.

“Maka Allah pun berfirman, “Turunlah kamu dari surga itu, karena kamu tidak patut menyombongkan diri didalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”

Maka Allah mengeluarkan iblis dari surga, dan menempatkan Nabi Adam kedalamnya. Di surga, Allah mengaruniai Adam seorang istri yang diciptakan dari tulang rusuknya. “Hawa”, begitu Adam menamai istrinya.
Kemudian Allah berfirman, “Hai Adam, bertempat tinggallah engkau dan istrimu didalam surga serta makanlah dimana saja yang engkau sukai. Dan janganlah kalian berdua mendekati pohon ini, sehingga kalian berdua termasuk orang-orang zalim.”

Maka hiduplah Adam dan Hawa di surga. Tapi tanpa mereka sadari, iblis yang telah terusir dan dengki, berusaha untuk masuk kedalam surga untuk menggoda mereka agar melanggar perintah Allah. Tetapi usaha iblis ini terus dihalangi oleh para penjaganya. Iblis menawarkan dirinya kepada setiap binatang melata, agar dapat membawanya masuk ke surga. Namun semua hewan menolak tawarannya itu. Lalu muncullah seekor ular yang memiliki empat buah kaki seperti layaknya onta dan tampak sebagai hewan paling bagus. Iblis membujuk ular itu agar mau memasukannya kedalam mulutnya sehingga ia dapat berbicara dengan Adam di surga.

“Aku akan melindungi dirimu dari gangguan Adam dan engkau adadalam jaminanku jika engkau memsukkanku kedalam surga.” bujuk iblis pada ular itu. Maka ular tersebut membawa iblis diantara dua taringnya lalu masuk kedalam surga.

Maka setelah sampai didalam surga, iblis mulai menggoda dan membujuk Adam agar melanggar larangan Allah, “Hai Adam, maukah engkau aku tunjukan sebatang pohon yang jika engkau memakannya maka engkau akan mendapatkan kekekalan pada kenikmatan yang engkau rasakan ini dan engkau pun akan terus memegang kerajaan yang tidak akan pernah hancur dan binasa?”

Iblis terus melanjutkan bujuk rayunya, “Tuhan kalian berdua melarang kalian mendekati pohon ini, agar kalian tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal dalam surga.” Dalam bujukan dan tipu dayanya, iblis bahkan bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kalian berdua.”

Mendengar bujuk rayu iblis, Hawa mendekati pohon itu dan memakan buahnya. Kemudian Hawa berkata, “Wahai Adam, makanlah, sesungguhnya aku telah memkannya dan tidak terjadi apa-apa padaku.”

Maka, mereka berdua pun memakan buah pohon itu dan melanggar larangan Allah. Allah pun berfirman kepada Adam, “Bukankah aku telah melarang kalian berdua dari pohon itu dan Aku katakana kepada kalian, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua.”

Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” Allah pun menerima tobat mereka berdua. Lalu Allah berfirman, “Turunlah kalian, sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain.” Perintah itu ditujukan kepada Adam dan Iblis. Adam diikuti oleh Hawa, sedangkan iblis diikuti oleh ular.

Sumber : Majalah AQ

Selasa, 30 Agustus 2011

Asal Mula Penyembahan Berhala

Nabi Nuh AS diutus oleh Allah ketika berhala dan thagut disembah oleh manusia. Manusia mulai terjerumus dalam kesesatan dan kekafiran. Nabi Nuh AS adalah Rasul pertama yang diutus kepada penKaum Nabi Nuh adalah Bani Rasib.

Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Nuh ayat 23 : “Dan mereka berkata : Dan jangan sekali-sekali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq, dan nasr.”

Wadd, suwaa’,  yaghuts, ya’uq, dan nasr adalah nama-nama orang shalih dari kalangan kaum Nuh. Dahulunya, mereka adalah orang-orang shalih yang hidup dimasa antara Adam dan Nuh. Mereka mempunyai pengikut yang senantiasa mencontoh mereka. Setelah mereka meninggal, maka para sahabat mereka yang senantiasa mencontoh mereka berkata : “Sekiranya kita membuat patung mereka, niscaya akan membuat hati kita untuk beribadah karena mengingat mereka.” Maka mereka pun membuat patung orang-orang shalih tersebut. Ketika mereka meninggal dan datang generasi selanjutnya, maka iblis mendatangi mereka seraya berkata : “Mereka (generasi sebelumnya) menyembah patung-patung ini dan dengan patung-patung ini pula mereka meminta hujan.” Maka mereka pun menyembah patung-patung tersebut.

Wadd, salah satu berhala yang disembah kaum Nabi Nuh, dulunya adalah orang shalih. Dia adalah anak Nabi Adam yang tertua dan paling berbakti kepada Nabi Adam.   Dia sangat dicintai oleh kaumnya. Ketika ia meninggal, maka orang berdiam diri disekitar kuburannya di daerah Babilonia dan bersedih atas kepergiannya.

Ketika iblis melihat kesedihan mereka, maka ia menyerupai seorang manusia dan berkata : “Saya melihat kalian sangat bersedih atas kepergia orang ini. Maukah aku buatkan sebuah patung yang menyerupainya, kemudian kalian letakkan di tempat perkumpulan kalian agar senantiasa mengingatnya?”

Maka merekapun meletakkan patung di tempat perkumpulan mereka dan mereka senantiasa mengingatnya. Ketika iblis mendapati orang-orang selalu mengingat keberadaan Wadd, maka iblis berkata: “Maukah kalian aku buatkan patung yang menyerupainya yang dapat diletakkan oleh masing-masing dari kalian di rumah kalian agar bisa mengingatnya terus??” Merekapun menjawab: “Ya, kami mau.” Maka iblis membuat patung Wadd di setiap rumah. Orang-orang pun kemudian terus menerus mendatangi dan mengingatnya.

Kemudian anak-anak mereka melihat apa yang orang tuanya lakukan pada patung tersebut sehingga banyak keturunan yang terlahir dan malestarikan tata cara mengingat Wadd. Sampai pada akhirnya, cucu-cucu mereka menyembah selain Allah. Jadi, benda yang pertama kali disembah selain Allah adalah patung Wadd.

Setelah malapetaka dan kerusakan menyebar di muka bumi akibat penyembahan patung-patung, maka Allah taala mengutus seorang hamba dan rasulNya, Nuh alaihissalam untuk menyeru manusia agar menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Nabi Nuh menyeru kaumnya dengan bermacam-macam dakwah baik di waktu siang ataupun malam, terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.

Sumber: Ibnu Katsir

Umar bin Khattab

Di sebuah rumah, di tengah-tengah perkampungan suku Quraisy, lahirlah seorang bayi laki-laki dari seorang ibu yang mulia. Bayi itu bernama Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul ‘Uzza bin Ribah bin ‘Aidy bin La’ab bin Al-Qurasy. Ia lahir pada tahun 583 M, sebelum meletusnya perang Fijr yang terjadi di Mekkah kurang lebih selama 4 tahun.

Ibunya bernama Hantimah binti Hasim bin Al-Mughirah bin Abdillah bin Umar bin Mahzum.

Umar tumbuh dengan baik, layaknya anak-anak suku Quraosy lain. Dia bahkan Nampak lebih menonjol daripada teman-temannya, karena belajar membaca dan menulis, sehingga dalam usianya yang muda, ia telah sangat fasih dan kritis terhadap kebenaran.

Menginjak usia remaja, ia mulai membantu ayahnya mengembala ternak di sekitar Mekah. Orang-orang Quraisy memang biasa mengamanatkan pada anak-anak mereka, untuk mencarikan rumput guna memenuhi kebutuhan makan ternaknya.

Berangsur-angsur, mulai Nampak tanda-tanda kekuatan Umar. Badannya tinggi besar, melabihi teman-temannya. Ia juga seorang yang murah hati dan dihormati kaumnya. Ia pun memiliki kesadaran tinggi. Berkulit putih, pemberani, pekerja keras dan bila berjalan sangat cepat.

Sejak masih muda ia telah mempelajari berbagai macam latihan kecakapan fisik, seperti gulat. Bahkan dalam sebuah riwayat diceritakan, ia pernah membanting seorang pemuda sombong dan membanggakan kekuatannya di pasar Ukadh. Ia sangat mahir menunggang kuda, sampai-sampai terkenal sebagai penunggang kuda yang piawai. Ia juga pandai membuat syair dan mempunyai perasaan yang halus dalam menghayati syairnya. Disamping itu, ia pun pandai manghafal nasab orang-orang Arab, melebihi kemampuan teman-temannya. Yang demikian ini ia pelajari dari ayahnya, sehingga ia menjadi seorang yang benar-benar pandai dalam bidang silsilah orang Arab.

Umar pun dikenal piawai dalam berdiplomasi dengan gaya bahasanya yang sangat baik. Karena itu orang-orang Quraisy sering mengutusnya sebagai mediator perdamaian, jika terjadi perang antara mereka dengan kelompok lain. Mereka merasa rela dengan keputusannya.

Selama hidupnya, ia menikah sembilan kali dan mempunyai dua belas anak; delapan orang laki-laki dan empat orang perempuan.

Berkali-kali ia pergi berdagang ke negeri Syam dan Yaman. Kekerasan dan kekejaman dunia perdagangan tidak menimbulkan kesulitan berarti baginya.

Serangan Raja Abrahah

Tahun 570 M, Abrahah al-Asyram, seorang raja dari Yaman berusaha menghancurkan Ka’bah. Awalnya, Abrahah membangun gereja yang sangat besar di Shan’a, Yaman. Gereja itu memiliki sebuah bangunan  dan pelataran yang sangat tinggi. Saking tingginya bangunan itu, setiap orang yang melihatnya, harus mendongakkan kepala sedemikian rupa sehingga peci yang dikenekannya akan terancam lepas dari kepala. Semua sisi bangunan itu pun dihiasi.

Abrahah bertekad untuk memindahkan haji bangsa Arab ke gereja tersebut sebagaimana mereka selama ini berhaji ke Ka’bah Makkah. Kaum Quraisy benar-benar murka karenanya, sehingga sebagian dari mereka yang mendatangi gereja itu dan memasukinya pada malam hari, mereka kemudian menghancurkan isi didalamnya.  Tentu saja ini membuat Abrahah berang. Abrahah pun bersumpah akan pergi menuju Baitullah di Makkah dan akan menghancurkannya berkeping-keping.

Abrahah pun menyiapkan diri dan pergi dengan membawa pasukan yang cukup banyak dan disertai dengan seekor gajah yang sangat besar, belum ada yang pernah melihat seekor gajah seperti itu. Nama gajah itu adalah Mahmud. Ada juga pendapat yang menyebutkan, bersama Abrahah terdapat delapan gajah. Ada juga yang menyatakan dua belas gajah. Wallahu’alam.

Maka setelah merasa gajahnya telah siap dan pasukannya telah siaga, Abrahah dan pasukannya menuju ke Makkah. Tetapi tiba-tiba, gajah yang begitu dibanggakan oleh Abrahah duduk berderum tak mau bangkit. Pasukan Abrahah memukul-mukul gajah agar berdiri, mereka bahkan memukul kepala gajah itu dengan kapak, tetapi gajah itu enggan berdiri. Kemudian mereka memasukkan tongkat mereka yang berujung lengkung ke belalainya, lalu menariknya supaya ia mau berdiri, tetapi gajah itu tetap menolak. Saat mereka mengarahkannya kembali ke Yaman, maka gajah itu berdiri dan berjalan kembali dengan cepat. Saat mereka mengarahkannya ke Syam, maka ia melakukan hal yang sama. Lalu mereka  mengarahkannya ke timur, maka ia melakukan hal yang sama, yakni berjalan cepat. Kemudian mereka mengarahkannya ke Makkah, maka gajah itu pun kembali duduk menderum.

Lalu, Allah SWT mengirimkan kepada mereka burung dari neraka yaitu burung Ababil. Setiap burung tersebut membawa tiga batu yang sangat panas sekali. Satu batu di paruhnya dan dua batu lainnya di kedua kakinya. Tidak seorangpun dari mereka yang terkena batu tersebut melainkan akan binasa. Enam puluh ribu prajurit tidak kembali ke negerinya, bahkan prajurit yang kembali dalam keadaan terluka akhirnya mati.