Sabtu, 03 September 2011

Perang Yarmuk, Taktik Jitu Khalid bin Walid


Kemenangan pasukan Islam terhadap pasukan Persia di Irak menumbuhkan harapan bagi kaum muslim untuk menang juga dalam peperangan melawan pasukan Romawi. Kerajaan Romawi dan Persia adalah dua kerajaan yang ingin sekali menghancurkan kemajuan Islam dan seringkali membantu pemberontakan-pemberontakan terhadap kekhilafahan Islam. Dua kerajaan ini merasa kekuasaannya terancam dengan berbondong-bondongnya manusia beriman kepada Allah SWT.

Maka pada bulan Shafar 13 H terjadilah perang Yarmuk. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq memberangkatkan sejumlah pasukan menuju Syam. Pasukan Islam berjumlah 45.000 orang dan dipimpin oleh beberapa panglima, yaitu Abu Ubaidah bin Jarrah, Yazid bin Abi Sufyan, Syurahbil bin Hasanah, Amru bin Ash.

Ketika empat pasukan muslimin tersebut bergerak menuju Syam, orang-orang Romawi menjadi gentar dan Allah melemparkan rasa takut kedalam hati mereka. Mereka menulis kepada Heraklius, penguasa Imperium Romawi, untuk memberi kabar tentang gerakan kaum muslimin serta kedatangan empat pasukan besar mereka. Heraklius memerintahkan untuk menyiapkan  pasukan Romawi guna menghadapi masing-masing pasukan muslimin secara terpisah untuk menghalangi mereka bersatu dan bertemu. Dengan demikian, ia berharap bisa melemahkan kekuatan pasukan Islam sebagai langkah pertama untuk menghancurkannya. Para panglima Romawi berkata, “Demi Tuhan, kita akan sibukkan Abu Bakar sehingga ia tidak akan pernah berpikir lagi untuk mengirim kuda-kudanya ke daerah kita.” Mereka pun mengirimkan sebanyak 240.000 pasukan siap perang! Sebanyak 80.000 prajurit dibekali dengan besi dan rantai, 80.000 pasukan penunggang kuda, dan 80.000 pasukan pejalan kaki.

Mendengar kabar banyaknya pasukan Romawi, para komandan mengirim surat kepada Khalifah untuk memberikan kondisi yang mereka hadapi sekaligus meminta pendapatnya. Khalifah membalas dengan menulis, “Berkumpullah dan jadilah satu pasukan lalu hadapilah gempuran kaum musyirikin dengan gempuran yang sama. Sesungguhnya kalian adalah cahaya-cahaya Allah dan Allah pasti akan membantu agama-Nya serta akan membinasakan orang yang kafir kepada-Nya. Kalian tidak akan dikalahkan dengan faktor jumlah, akan tetapi oleh faktor  dosa. Oleh karena itu waspadalah terhadap dosa.”

Kemudian ash-Shiddiq berkata, “Demi Allah, aku akan sibukkan kaum Nasrani dari waswas setan dengan mengutus Khalid bin Walid.” Lalu Khalifah mengutus Khalid ke Irak untuk bergerak menuju Syam dan membantu saudara-saudaranya.

Heraklius mendengar berita bahwa ash-Shiddiq memerintahkan komandan-komandannya untuk bersatu. Ia pun mengirim pesan kepada komandan-komandan Romawi untuk bersatu juga dan memilih tempat yang luas untuk bisa melarikan diri dari seluruh pasukan, tapi disisi lain juga sempit untuk melancarkan serangan.

Khalid bin Walid pun mulai memimpin kaum muslimin dan mengatur  strategi. Khalid membagi pasukan menjadi beberapa divisi. Setiap divisi beranggotakan seribu orang. Jumlah divisi yang berhasil dibentuk sebanyak 36 hingga 40. Khalid lalu membagi mereka menjadi bagian jantung pertahanan dan dua sayap. Sebagai panglima pasukan yang berada di tengah, Khalid menunjuk Abu Ubaidah. Sedang sebagai panglima di sayap kanan, ia menunjuk Yazid bin Abi Sufyan. Dan sebagai panglima di sayap kiri, Amr bin Ash. Tujuan Khalid membentuk banyak divisi ini agar dalam pandangan musuh, pasukan Islam terlihat banyak dan memenuhi medan pertempuran.

Seluruh pasukan muslimin berkumpul setelah komando dipegang oleh Khalid bin Walid RA. Kemudian ia berpidato kepada mereka, “Sesungguhnya ini adalah satu hari diantara hari-hari Allah, tidak sepantasnya ada kesombongan dan kezaliman. Ikhlaskan niat jihad kalian dan tujulah Allah SWT dengan amal kalian!” Setelah itu, sang pahlawan yang tak terkalahkan ini memegang tali kekang kudanya lalu mengangkat panji tinggi-tinggi seraya menyerukan pekikan jihad, ‘Allahu Akbar!’ bertiuplah angin surga.”

Peperangan pun dimulai dan berlangsung dengan sengitnya. Tak ada bandingnya. Pasukan Romawi terjun berduyun-duyun bagaikan gunung. Mereka maju dengan segala keangkuhan dan kepongahannya. Jumlah mereka yang begitu banyak menutupi berbagai sisi medan perang seakan-akan mereka adalah mendung hitam yang mengeluarkan suara keras. Para pendera mereka membaca injil dan member semangat untuk para pasukan.

Tapi ternyata mereka terkejut mengadapi perlawanan dari kaum muslimin yang tidak mereka duga-duga sebelumnya. Pasukan muslimin memperlihatkan potret perjuangan dan pengorbanan yang sangat mencengangkan dari prajurit-prajurit yang berani mengorbankan jiwa mereka dan juga dari kekokohan semangat mereka. Pertempuran Yarmuk telah menjadi arena yang jarang ditemukan bagi para fida’iy (prajurit yang berani mati syahid).

Pasukan berkuda Romawi pun berhasil didesak mundur dan kabur. Pasukan Romawi lari tunggang langgang bagai belalang yang tercerai-berai. Mereka memaksa diri tetap menyerang kaum muslimin, namun dengan keadaan yang terpencar-pencar dan tidak fokus.

Khalid membuktikan kehandalan taktik perangnya. Pasukan tengahnya mendesak jantung pasukan musuh, hingga memisahkan pasukan berkuda mereka dengan pasukan lain. Dengan siasat ini, Khalid berhasil melemahkan sayap kanan dan sayap kiri musuh. Pasukan berkuda kaum Romawi makin terdesak hingga mereka terpaksa melarikan diri, meninggalkan pasukan mereka yang berjalan kaki. Akibat kekalahan pasukan berkudanya, pasukan Romawi yang tak menggunakan kuda pun makin melemah.

Khalid bin Walid terus menyerang hingga musuh menemui kekalahan. Banyak korban berjatuhan dari pihak Romawi. Sebagiannya tenggelam di Sungai Waqushah dan sebagian lagi tenggelam di Sungai Yarmuk. Kebanyakan pasukan yang tenggelam itu adaah mereka yang diikat rantai satu sama lain, yang semula dimaksudkan agar mereka tidak melarikan diri.

Hari itu berlalu dengan kemenangan yang dikaruniakan Allah SWT kepada pasukan Khalid bin Walid. Dari pihak kafir jumlah korban terbunuh sebanyak 120.000 orang. Sedang gugur sebagai syahid dari pihak kaum muslimin kurang lebih 3.000 Mujahid. 

Panglima yang Shalat untuk Pertama dan Terakhir Kalinya


Para panglima Romawi terpukau dengan kepiawain Khalid. Bahkan satu dari mereka yang bernama Jurjah menemui Khalid diwaktu istirahat. Ia berkata kepada Khalid, “Khalid jujurlah padaku, jangan berbohong. Sebab, orang merdeka tidak pernah bohong. Apakah Allah telah menurunkan sebilah pedang kepada nabimu dari langit, lalu pedang itu diberikannya kepadamu, sehingga setiap kau hunuskan terhadap siapapun, pedang tersebut pasti membinasakannya?”

Khalid menjawab, “Tidak.”
“Lalu, mengapa engkau dijuluki ‘Si Pedang Allah’?” tanya Jurjah.
Khalid menjawab, “Sesungguhnya, Allah mengutus Rasul-Nya kepada kami. Di antar kami ada yang percaya dan ada yang mendustakannya. Lalu, Allah menjadikan hati kami menerima Islam, dan memberi petunjuk kepada kami melalui Rasul-Nya. Kami berjanji setia kepadanya. Rasul mendoakanku, dan beliau berkata kepadaku, “Engkau adalah ‘Pedang Allah’ diantara sekian banyak pedang-pedang-Nya. Demikianlah aku diberi julukan ‘Pedag Allah’.”

“Apa yang kalian serukan?” tanya  Jurjah lagi.
Khalid menjawab, “Mengesakan Allah dan kebenaran Islam.”
“Apakah orang-orang yang masuk Islam sekarang akan mendapatkan pahala dan ganjaran seperti kalian?” tanya Jurjah.
“Ya…., bahkan lebih.” jawab Khalid.
“Bagaimana mungkin, padahal kalian lebih dahulu masuk Islam?” tanya Jurjah.
Khalid menjawab, “Kami hidup bersama Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam. Kami melihat tanda-tanda kerasulan dan mukjizatnya. Orang-orang yang melihat tanda-tanda dan mukjizat yang kami lihat dan mendengar ayat-ayat Allah serta sabda Rasul yang kami dengar, sudah sewajarnya masuk Islam dengan mudah. Sedangkan kalia yang tidak pernah melihat dan mendengarnya, lalu kalian beriman kepada perkar-perkara yang gaib, maka pahala kalian lebih besar jika kalian benar-benar ikhlas.”

Panglima Romawi itu memajukan kudanya mendekat ke Khalid bin Walid lalu berkata. “Ajarkan Islam kepadaku, wahai Khalid.”
Panglima Romawi itupun masuk Islam. Ia shalat dua raka’at yang pertama dan terakhir.

Ketika masa istirahat telah habis, dan dua pasukan sudah memulai pertempuran, Jurjahbertempur dipihak kaum Muslimin. Ia bertempur mati-matian karena ingin mati sebagai syahid. Dan, keinginannya terkabul. Ia gugur dalam perang itu sebagai syahid.

Jumat, 02 September 2011

Persekongkolan Ular dengan Iblis

Rasulullah SAW bersabda, “Kami tidak pernah berdamai dengan ular sejak kami bermusuhan dengannya.” Bahkan, Ibnu Abbas, sahabat Rasulullah SAW pernah berkata, “Bunuhlah ular dimanapun kalian mendapatkannya.”

Permusuhan terhadap ular sesungguhnya sudah dimulai sejak masa-masa awal penciptaan manusia, yaitu sejak ular membantu iblis, musuh Allah. Saat itu iblis dikeluarkan dari surga dalam keadaan terhina dan terusir. Allah mengusir Iblis karena dia menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagaimana diperintahkan oleh Allah.

“Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api sedang ia Engkau ciptakan dari tanah.” ucap iblis dengan sombong.

“Maka Allah pun berfirman, “Turunlah kamu dari surga itu, karena kamu tidak patut menyombongkan diri didalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”

Maka Allah mengeluarkan iblis dari surga, dan menempatkan Nabi Adam kedalamnya. Di surga, Allah mengaruniai Adam seorang istri yang diciptakan dari tulang rusuknya. “Hawa”, begitu Adam menamai istrinya.
Kemudian Allah berfirman, “Hai Adam, bertempat tinggallah engkau dan istrimu didalam surga serta makanlah dimana saja yang engkau sukai. Dan janganlah kalian berdua mendekati pohon ini, sehingga kalian berdua termasuk orang-orang zalim.”

Maka hiduplah Adam dan Hawa di surga. Tapi tanpa mereka sadari, iblis yang telah terusir dan dengki, berusaha untuk masuk kedalam surga untuk menggoda mereka agar melanggar perintah Allah. Tetapi usaha iblis ini terus dihalangi oleh para penjaganya. Iblis menawarkan dirinya kepada setiap binatang melata, agar dapat membawanya masuk ke surga. Namun semua hewan menolak tawarannya itu. Lalu muncullah seekor ular yang memiliki empat buah kaki seperti layaknya onta dan tampak sebagai hewan paling bagus. Iblis membujuk ular itu agar mau memasukannya kedalam mulutnya sehingga ia dapat berbicara dengan Adam di surga.

“Aku akan melindungi dirimu dari gangguan Adam dan engkau adadalam jaminanku jika engkau memsukkanku kedalam surga.” bujuk iblis pada ular itu. Maka ular tersebut membawa iblis diantara dua taringnya lalu masuk kedalam surga.

Maka setelah sampai didalam surga, iblis mulai menggoda dan membujuk Adam agar melanggar larangan Allah, “Hai Adam, maukah engkau aku tunjukan sebatang pohon yang jika engkau memakannya maka engkau akan mendapatkan kekekalan pada kenikmatan yang engkau rasakan ini dan engkau pun akan terus memegang kerajaan yang tidak akan pernah hancur dan binasa?”

Iblis terus melanjutkan bujuk rayunya, “Tuhan kalian berdua melarang kalian mendekati pohon ini, agar kalian tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal dalam surga.” Dalam bujukan dan tipu dayanya, iblis bahkan bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kalian berdua.”

Mendengar bujuk rayu iblis, Hawa mendekati pohon itu dan memakan buahnya. Kemudian Hawa berkata, “Wahai Adam, makanlah, sesungguhnya aku telah memkannya dan tidak terjadi apa-apa padaku.”

Maka, mereka berdua pun memakan buah pohon itu dan melanggar larangan Allah. Allah pun berfirman kepada Adam, “Bukankah aku telah melarang kalian berdua dari pohon itu dan Aku katakana kepada kalian, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua.”

Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” Allah pun menerima tobat mereka berdua. Lalu Allah berfirman, “Turunlah kalian, sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain.” Perintah itu ditujukan kepada Adam dan Iblis. Adam diikuti oleh Hawa, sedangkan iblis diikuti oleh ular.

Sumber : Majalah AQ