Biasanya apabila Rasulullah SAW
memberangkatkan pasukan untuk berperang, beliau akan mengantar pasukan itu
sampai keluar kota Madinah dan melepasnya dengan pelepasan terakhir. Sebelumnya
beliau akan meneliti perlengkapan pasukan dan memperbaikinya jika ada yang
kurang. Rasulullah juga akan memulangkan anak-anak yang ingin ikut berperang.
Demikian pula ketika perang Uhud,
Rasulullah SAW juga ikut menyertai peperangan. Sebelumnya, beliau telah
mengembalikan anak-anak yang ingin ikut berperang diantaranya adalah : Abdullah
bin Umar, Zaid bin Sabit, Usamah bin Zaid, Zaid bin Arqam, Barra bin ‘Azib, Amr
bin Hizam, Usaid bin Uzhair, Urabah bin Aus, Abu Said Al-Khudri, Samurah bin
Jundub dan Rafi’ bin Khadij. Rata-rata mereka berusia 13-24 tahun. Tetapi
anak-anak itu merasa kecewa karena tidak diizinkan untuk ikut berperang. Ketika
mereka disuruh kembali oleh Rasulullah SAW, Khadij ayah dari Rafi’ mendatangi Rasulullah dan berkata, “Anakku ini pandai memanah.” Karena
semangatnya yang begitu tinggi untuk ikut berperang, maka Rafi’ berjinjit agar
terlihat lebih tinggi. Akhirnya Rasulullah mengizinkannya untuk ikut berperang.
Ketika malam tiba, Rasulullah mengatur
orang-orang untuk menjaga pasukan yang sedang tidur, juga memerintahkan 50
orang agar menjaga seluruh pasukan. Mereka adalah sukarelawan yang bersedia
menjaga pasukan.
Kemudian Rasulullah bertanya kepada
para sahabat, “Siapakah diantara kalian yang bersedia menjagaku?”
Maka berdirilah salah seorang sahabat,
kemudian Nabi bertanya, “Siapa namamu?”
Sahabat itu menjawab, “Namaku
Dzakwan.”
“Baik duduklah kamu.” kata Rasulullah.
Rasulullah pun bertanya lagi, “Siapa
diantara kalian yang bersedia menjagaku malam ini?”
Berdirilah salah seorang sahabat.
Rasulullah bertanya lagi, “Siapa
namamu?”
“Namaku Abu Saba.” jawab orang itu.
Rasulullah pun berkata, “Baik duduklah
kamu.”
Kemudian Rasulullah bertanya lagi,
“Siapa yang bersedia menjagaku malam ini?”
Seorang sahabat berdiri.
Nabi bertanya, “Siapa namamu?”
“Namaku Rafi’” jawab orang itu.
Rasulullah berkata, “Duduklah kamu.”
Setelah itu Rasulullah memanggil
ketiga sukarelawan tadi, tetapi yang tampil hanya satu orang.
Rasulullah bertanya, “Kemana dua
sahabatmu yang lain?”
“Wahai Rasulullah, ketiga orang itu adalah
aku yang berdiri terus-menerus.” jawab orang itu.
Rasulullah mendoakannya dan
menyuruhnya untuk berjaga di depan tenda Rasulullah selama satu malam penuh.
Keesokan paginya ketika perang
berkecamuk, dada Rafi’ tertembus anak panah musuh, lalu anak panah tersebut
ditarik keluar. Tetapi sayangnya, ada sedikit anak panah yang tertinggal
didadanya sehingga menimbulkan luka yang berat. Kemudian luka itu kambuh pada
usia tua dan ia meninggal karena luka itu.
Sumber : Fadhilah a’mal