Rasulullah SAW pada awalnya hanya berdakwah kepada orang yang paling dekat saja, yaitu anggota keluarga dan sahabat-sahabat karib beliau. Sampai kemudian Allah berfirman kepada beliau, “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr 94).
Maka Rasulullah SAW segera bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai. Ketidakberdayaan berhala-berhala itu beliau gambarkan dengan berbagai contoh perumpamaan, disertai dengan penjelasan-penjelasan bahwa siapa yang menyembah berhala sesungguhnya berada dalam kesesatan yang nyata. Mekah berpijar dengan api kemarahan. Orang-orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang tak terduga ini. Mereka khawatir dakwah Rasulullah akan merusak tradisi warisan mereka.
Orang-orang musyrik Quraisy mengejek, menghina, mengolok-olok, dan menertawakan dakwah Rasulullah. Mereka melemparkan berbagai tuduhan yang lucu dan ejekan sekenanya kepada Nabi. Mereka menyebut beliau sebagai orang gila. Mereka menyebut beliau dengan tukang sihir dan pendusta. Mereka menjelek-jelekkan dan menghadapi beliau dengan pandangan penuh amarah serta perasaan yang meluap-luap penuh emosi.
Mereka pun berusaha melawan Al-Qur’an dengan menceritakan dongeng-dongeng orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu, agar mereka meninggalkan Al-Qur’an. Contohnya an-Nadhr yang pergi ke Hirah dan mempelajari kisah Raja Persi, Rustum, dan Asfandiyar. Jika Rasulullah SAW mengadakan suatu pertemuan untuk mengingatkan kepada Allah dan menyampaikan peringatan tentang siksa-Nya, maka an-Nadhr menguntit dibelakang beliau, lalu berkata, “Demi Allah, penuturan Muhammad tidak sebagus apa yang kututurkan.” Lalu dia berkisah tentang Raja-raja Persi, Rustum, dan Asfandiyar. Setelah itu dia berkata, “Dengan modal apa penuturan Muhammad bisa lebih baik dari penuturanku?”
An-Nadhr bahkan membeli beberapa penyanyi perempuan dari kalangan hamba sahaya. Bila ada seorang laki-laki yang menyatakan tidak ingin mendengar apa yang disampaikan Nabi SAW, maka dia menghadiahkan seorang penyanyi kepadanya. Penyanyi itu siap melayaninya, meyiapkan makan, minum, dan menyanyi untuknnya. Tujuannya? Tentu saja agar orang-orang tidak condong kepada Islam.
Usaha lain dari kaum musyrik Quraisy adalah dengan menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha mempertemukan Islam dan Jahiliyah ditengah jalan. Suatu hari saat Rasulullah sedang tawaf di Ka’bah beliau berpaspasan dengan pera tetua di kampungnya.
Mereka berkata, “Wahai Muhammad, kesinilah! Kami mau menyembah apa yang kamu sembah, dan engkau juga harus meyembah apa yang kami sembah, sehingga kita bisa saling bersekutu dalam masalah ini. Jika apa yang kamu sembah ternyata lebih baik dari apa yang kami sembah, maka kami boleh melepas yang seharusnya menjadi bagian kami, dan jika apa yang kami sembah ternyata lebih baik dari apa yang engkau sembah, maka engkau harus melepas bagianmu.”
Untuk menjawab tawaran mereka, Allah menurunkan surat Al-Kafirun.
Dalam surat itu Allah berfirman : “Katakanlah : ‘Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan tiada (pula) kamu menyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku bukan penyembah apa yang biasa kamu sembah. Dan kamu bukanlah penyembah Tuhan yang aku sembah. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.”
Sumber : Sirah Nabawiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar